Indonesia Website Awards

Frank Luke - Si Penyerang Balon Perang

By VianSofyansyah - March 05, 2018

Foto Frank Luke
Aviation Heritage
Frank Luke boleh dikenal sebagai penerbang ugal - ugalan dan besar mulut. Namun, mungkin dia satu - satunya ace dalam Perang Dunia I (PD I) yang melakukan perubahan demikian radikal: dari seorang penerbang tempur yang tidak dikenal menjadi buah bibir dalam waktu singkat.

Bayangkan saja, walau saat itu Luke telah menjadi orang terkenal, tapi,"Setiap orang tahu siapa dia ... setiap orang selalu mencibirkannya. Dia orang yang selalu melanggar peraturan. Kami semua menganggap dia orang sinting, walau kami mentolerirnya. Tapi kami tidak ingin menjadi seperti dia. Siapa sih yang kepingin jadi orang gila seperti itu," kata Letnan Satu Kenneth W. Porter dari Aero Squadron 147 US Army Air Service (USAAS) menggambarkan sikap anggota lain First Pursuit Group terhadap rekannya, Frank Luke.

Liar
Frank Luke, Jr lahir pada tanggal 19 Mei 1897 dan besar di Phoenix, Arizona. Phoenix masih berupa kota kecil yang miskin, ketika ayahnya yang kelahiran Prusia, Frank Luke, Sr., datang ke kota itu pada tahun 1880. Frank Luke, Sr adalah orang yang berwatak keras dan berdisiplin tinggi. Dia memperlakukan istri dan kesembilan anaknya dengan tangan besi. Inilah yang membuat Frank Luke Jr. memiliki rasa benci pada segala macam otoritas.

Sehingga begitu lepas dari perhatian ayahnya, Luke kecil suka melakukan hal - hal yang selama ini dianggap sangat tidak pantas oleh keluarganya. Misalnya saja, dia pernah ke sekolah dengan berkostum seorang koboi di atas seekor kuda.

Walau dalam pelajaran sekolah payah, namun Luke seorang olahragawan hebat yang menguasai baseball dengan baik, sepakbola, atletik, juga renang dan jago menggunakan senapan dan pistol.

Luke tidak meragukan kemampuannya dalam segala hal yang ada hubungannya dengan kegiatan fisik yang menarik perhatiannya. Begitu pula ketika Amerika Serikat memasuki perang pada tanggal 6 April 1917, Luke langsung tertarik. Dia mendaftarkan diri untuk flying duty pada US Army Signal Corps di Tucson, Arizona pada tanggal 27 September 1917.

Walau dirasa sangat membosankan, Luke berhasil juga menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Aeronautika Militer di Austin, Texas pada bulan November. Pada bulan itu juga Luke dikirim ke Rockwell Field, California untuk mengikuti pendidikan terbang. Di sinilah matanya yang tajam, daya refleks yang kuat serta rasa keseimbangan pengendara kuda yang tinggi membuat dia tampil sebagai seorang calon pilot.

Pada tanggal 28 Januari 1918, Luke diangkat sebagai Letnan Dua Seksi Aviasi Signal Corps. Pada tanggal 4 Maret dengan kapal S.S. Leviathan, Luke ditugaskan ke American Expeditionary Force (AEF) di Perancis. Di sana dia mengikuti latihan lanjutan pada 3rd Aviation Instruction Center di Issoudun. Di sana juga dia menjumpai Joe Wehner, orang yang kelak menjadi sahabatnya dalam perang dan berperan besar dalam karir Luke.

Masuk skadron tempur
Tanggal 30 Januari 1918, Luke meninggalkan Issoudun karena ditugaskan di American Aviation Acceptance Park di Orly. Tugasnya adalah membawa pesawat - pesawat baru ke skadron di garis depan. Dia tidak menyukai pekerjaan ini. Dirasanya, karirnya mati di sini. Ketidaksenangan ini diperlihatkannya dengan selalu kembali dari tugasnya mengantarkan pesawat, sesuka hatinya. Luke tidak peduli kalau ini membuat pekerjaannya mulai dioperkan kepada pilot pengantar lain. Untuk kelalaiannya ini Luke selalu meminta maaf dan berdalih kalau dia masuk ke sini untuk perang, bukan untuk mengantarkan pesawat.
Tanpa diduga, keinginannya itu dikabulkan, tak peduli dengan komandannya yang tidak senang atau pilot ferry lain yang merasa sebal terhadapnya. Luke ditunjuk masuk skadron penempur. Tanggal 26 Juli 1918, bersama tujuh orang lainnya, termasuk Joseph Fritz "Joe" Wahner, Luke mulai memasuki Skadron Aero 94, 95, dan 147, menjadi First Pursuit Group. Skadron 27 berpangkalan di Touquin, 25 mil di selatan Chateau Thierry, dengan komandannya Mayor Harrold Evans Hartney, kelahiran Kanada.

Dalam sambutannya, Hartney menekankan agar para pendatang baru tidak gegabah dan selalu melakukan kegiatan dengan bijaksana dan kerja sama tim. Luke, sekali lagi, tampaknya tidak tertarik dengan cara kerja ini. Sebagai orang yang bermulut besar dan tidak pernah merasa puas, Luke tidak pernah mencoba mengubah dirinya. Dia juga memperlihatkan sikap tidak menghormati pilot yang lebih senior dan tidak pernah mau memperhatikan catatan pelayanan skadron. Walau sifatnya dianggap Hartney sebagai keyakinan tulus seorang yang tekun tapi tidak diplomatis, tak pelak meninggalkan kesan buruk pada rekan - rekan satu skadronnya.

Saat baru masuk, Luke merasa dirinya begitu hebat. Padahal, menurut Hartney, "Dia jauh dari sempurna sebagai penerbang tempur waktu itu." Cuma satu hal yang menonjol pada Luke, dia tidak pernah berhenti melatih kemampuannya menembak.

"Seluruh waktu istirahatnya digunakannya untuk latihan menembak," kenang Letnan Porter.

Tidak dipercayai
1 Agustus 1918, pukul 07.05, 18 pesawat Skadron 27 terbang untuk mengawal dua pesawat pengintai, Salmson. Luke dan Wehner berada dalam satu pesawat. Pagi itu tidak ada peristiwa berarti yang terjadi. Luke pun keluar meninggalkan formasi, mengaku karena kerusakan mesin.
Sementara penerbangan Letnan Donald Hudson pukul 08.10 menemui kesulitan ketika dari arah timur Fere-en-Tardenois, dia diserang oleh delapan Fokker D.VII Jagdgeschwader I "Richtofen". Dalam pertempuran ini, Amerika mengaku meraih lima kemenangan namun kehilangan enam orang mereka yang terbunuh dan tertangkap.

Sejak 2 Juli, memang Skadron 27 telah kehilangan 13 pilot dan mengalami 90 persen pertukaran tenaga personelnya. Hanya tinggal enam orang yang asli dari skadron tersebut. Yaitu Mayor Hartney, Letnan Alfred Grant, William Hoover, Donald Hudson, Frederick Ordway, dan Jerry Vasconcells.

Pada 16 Agustus, Hartney melepaskan 15 Spads dari Skadron Aero 94 untuk terbang mengawal sebuah Salmson 2A2 dari Skadron Aero 88. Mereka mengudara dalam formasi sempurna. Namun antara Fere-en-Tardenois dan Fismes, terjadi kerusakan mesin pada Spads terpaksa mengundurkan diri sehingga dalam formasi hanya tinggal Luke dengan komandan skadron.

Luke dan Hartney beberapa kali berjumpa dengan musuh di ketinggian 18.000 kaki, sehingga mereka sempat terpisah. Akhirnya, Hartney kembali sendirian ke pangkalan di Coincy, dan menjumpai 13 Spads lain di darat. Ketika kemudian Luke mendarat, Hartney menghardik Luke, karena Luke memisahkan diri. Namun dengan enteng dia berkata, "Saya berhasil menembak musuh."

"Peduli setan! Di mana?"
Luke tidak bisa mengatakannya dengan tepat. Karena saat itu dia begitu sibuk memerangi formasi musuh yang terdiri atas lima pesawat, sehingga tidak tahu persis di mana posisinya waktu itu. Bahkan dia juga tidak sempat mengenal jenis pesawat musuhnya.
"BUKAN KEBERANIANNYA, TAPI DIA TIDAK MEMILIKI IMAJINASI, DIA TIDAK BISA MEMBAYANGKAN APA YANG TERJADI PADA DIRINYA, DIA SEAKAN MENGANGGAP DIRINYA BISA MENGHILANG."
Hartney boleh saja mempercayai kata - kata Luke, tapi tidak ada lagi orang lain yang mempercayainya. Keberadaannya di Skadron 27 mencapai titik terendah. Masih untung Jerry Vasconcells masih memiliki sedikit pandangan positif terhadap Luke. "Bukan keberaniannya, tapi  dia tidak memiliki imajinasi, dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada dirinya. Dia seakan menganggap dirinya bisa menghilang. Mungkin, kalau dia menyadari dirinya yang sebenarnya, boleh jadi dia bisa sebaik seperti yang dipikirkannya."

Berdasarkan penilaian positif Vasconcell itulah, Hartney mengizinkan Luke melakukan terbang patroli solo. Para anggota skadron lain merasa tidak senang dengan hal ini, tapi tidak bisa melakukan apa - apa. Ini juga dirasa lebih baik, karena mereka sendiri juga tidak menginginkan Luke ikut dalam kelompok patroli mereka.

Surat konfirmasi
Rupanya, gara - gara patroli tanggal 6 Agustus yang membuatnya malu, Luke mulai menyadari betapa dia perlu memiliki suatu pernyataan tertulis mengenai semua yang dilakukan. Hanya mengetik dengan satu jari, dia membuar sejenis formulir konfirmasi yang nantinya ditandatangani oleh para saksi mata yang menyaksikan keberanian yang telah dilakukannya. Pernyataan ini selalu dibawa kemanapun dia pergi.

Pada tanggal 21 Agustus, Mayor Hartney ditunjuk menjadi komandan First Pursuit Group, sedangkan jabatan komandan Skadron Aero 27 dipegang Kapten Alfred A. Grant.

Akhir Agustus, First Pursuit Group pindah ke pangkalan baru di Rembercourt dalam rangka persiapan penyerangan ke St. Mihiel. Oleh kapten Grant, Luke kembali ditugaskan ke bagian patroli.

Saat pertama terbang bersama Grant, Luke meninggalkan formasi, mendarat di pangkalan Greupe de Combat 12 "Les Cicognes". Di sana dia mabuk - mabukan dan tetap teler sampai hari besoknya. Grant pun meng-grounded Luke. Ketika Luke boleh bertugas lagi, dia kembali melakukan desersi.

Sementara Joe Wehner meminta dengan sangat agar Luke Kembali terbang dengan benar, Grant dengan serius ingin mengajukannya ke pengadilan perang walau Hartney memohonnya agar ia tetap sabar.

Balon Pertama
Di suatu sore 11 September, waktu berlangsungnya konversasi makan malam rutin, Luke menyimak saat Vasconcell menyinggung mengenai balon - balon observasi sebagai sasaran. "Saya kira di sini seorang pilot menghadapi sasaran yang paling sulit. Siapa pun yang berhasil menghabisi sebuah balon, pasti dia seorang yang hebat. Karena kalau tidak, dia tidak mungkin bisa melakukannya."

Tanggal 12 September 1918, Angkatan Perang Amerika Serikat mulai melakukan penyerangan ke arah St. Mihiel. Luke terbang dengan patroli pagi yang terdiri dari delapan pesawat. Tak lama kemudian , Luke meninggalkan informasi dan berjumpa dengan sebuah balon musuh di Marieville. Balon itu berhasil ditembaknya dan terbakar.
"TAK LAMA KEMUDIAN, LUKE MENINGGALKAN FORMASSI DAN BERJUMPA DENGAN SEBUAH BALON MUSUH DI MARIEVILLE. BALON ITU BERHASIL DITEMBAKNYA DAN TERBAKAR. LUKE KEMUDIAN MENDARAT DEKAT PERBATASAN"
Luke kemudian mendarat di dekat perbatasan. Dari kerumunan tentara yang mengelilinginya, Luke memilih dua perwira untuk menandatangani formulir kesaksian dengan pinsil yang tidak bisa dihapus.

Korbannya waktu itu adalah Willy Klemm, yang baru saja menerima jabatan letnan, persis sebelum dia mengudara hari itu. Klemm terpaksa kembali karena balonnya terbakar, ditambah sebutir peluru bersarang di dekat levernya dan meninggal beberapa hari kemudian. Bagi Luke, keberhasilannya menembak balon pada 12 September itu menjadi titik balik bagi dirinya. Posisinya di Skadron Aero 27 baru menonjol sampai dua hari kemudian.

Dua sorti diterbangkan untuk menghadapi balon - balon strategis pada pada tanggal 14 September pukul 09.30 pagi dan pukul 14.30. Pertama-tama Letnan Leo H. Dawson, Thomas F. Lennon, dan Luke berhasil menyingkirkan sebuah balon di Boinville. Luke menukik ke balon itu sebanyak enam kali dan sekaligus menembakkan pelurunya. Dalam patroli pada sore harinya, sebelum waktunya, Luke sudah keluar dari formasi dan sendirian menukik ke arah sebuah kantong gas di Buzy. Ditembaknya balon itu, tapi karena diserang oleh delapan Fokker D.VII, Luke terpaksa mundur. Joe Wehner datang membantu rekannya dengan menembak jatuh salah satu Fokker dan memaksa sebuah Fokker lain untuk mendarat.

Wehner mengejar balon tersebut sampai di Warcq. Secara kebetulan, balon itu mulai diserang pesawat Perancis, sehingga terbakar. Balon yang terbakar ini menarik perhatian rombongan pesawat musuh. Lagi - lagi tepat pada waktunya, Wehner tiba untuk membantu orang Perancis tersebut dan menembak jatuh dua Fokker lagi.
Frank Luke di depan bangkai LVG
Bangkai LVG - Luke berpose di depan onggokan pesawat LVG yang berhasil ditembaknya bersama Lafayette Flying Corpsman, Reginald Sinclaire dan ace Prancis, Piere Gauderman pada 18 September 1918

Pagi berikutnya, Luke bergabung dengan dua balon dan bersiap menyerang. Tanpa mereka sadari, di atas mereka muncul rombongan Fokker lawan. Pesawat musuh itu pun mengejar jago penembak balon yang masih baru ini, tapi sempat dihalagi oleh Wehner sehingga Fokker terpelintir jatuh dan sebuah Albatros menukik tajam.

Sore itu, Luke berusaha menembak balon ketiga pada pukul 19.50. Wehner kehilangan arah dan terpaksa mendarat di sebuah ladang gandum di Agres pada pukul 21.30. Ketika kembali, Luke mengabarkan kalau dia telah menembak dua "layangan" di Romagne dan Reville. Rencananya, balon - balon itu merupakan sasaran dia dan Wehner keesokan harinya.

Balon observasi biasanya digunakan untuk menentukan jarak tembak meriam atau untuk observasi taktis. Di udara, balon observasi merupakan sasaran yang paling berbahaya. Balon yang biasanya berukuran 50-200 kaki itu berisi hidrogen yang sangat mudah terbakar. Balon - balon observasi diterbangkan pada saat subuh, di tempat yang diinginkan dan diturunkan kembali saat matahari terbenam.

Orang yang meneliti bergantung di bawah di dalam sebuah keranjang anyaman (gondola). Dengan alat teropong atau mata telanjang serta komunikasi radio ke darat, biasanya si pengamat beroperasi di ketinggian sekitar 2.000 kaki.

Tentu saja, balon - balon itu merupakan sasaran empuk. Namun, tak banyak penyerangnya yang bisa kembali selamat. Begitu pula tak banyak yang pernah menyerangnya mau melakukan hal yang sama. Karena di daratan, balon itu dikelilingi oleh lingkaran besar meriam antipesawat dan senapan mesin.

Dengan pertahanan rapat seperti ini, seorang penyerang balon harus terbang melewati dinding barisan peluru dari senapan mesin untuk bisa melemparkan sebuah bom pembakar ke arah balon. Itu pun harus bom yang memiliki daya bakar lama. Karena bom pembakar yang berdaya bakar pendek, jarang bisa menyulut api pada gas dalam balon. Setelah itu si pembakar balon harus terbang kembali keluar melewati dinding lingkaran yang berbahaya itu.

Di udara balon itu juga dilindungi. Biasanya pesawat pelindung berada di ketinggian di atas balon. Sehingga mereka dengan mudah bisa mengamati bahkan menyergap para penyerang balon.

Wehner tewas!
Pada tanggal 16 September, Hartney dan Grant kedatangan tamu Jenderal William Mitchell dan staffnya dalam rangka evening show yang dilakukan olek Luke dan Wehner. Walau dipayungi pesawat musuh, yang sebagian besar dihadapi oleh First Pursuit Group, kedua orang ini pergi juga pada pukul 19.05 dan membakar balon di Reville dengan sekali berondongan.

Pukul 19.20 Wehner mengarahkan sasarannya ke balon di Romagne, tapi hanya untuk menyaksikan balon itu dibakar oleh Luke. Di luar rencana, Wehner membakar balon ketiga di Mangiennes. Kedua orang itu akhirnya mendarat setelah udara gelap, dengan pesawat yang perlu di overhaul secara keseluruhan tanpa pilotnya mengalami cedera.

Jendral Mitchell mengomentari aksi mereka membakar balon itu sebagai "salah satu peserta militer yang menakjubkan, yang patut dibanggakan."

Di pihak Jerman, Letnan Finster dan Heicke dari Bz12, Batalion Balon 20 dan Letnan Roerich dari Flakzug memberikan kesaksiannya mengenai kerusakan balon mereka dalam laporan pertempuran mereka. Saksi mata lain adalah Letnan Satu Edward V. Rickenbecker, dari Aero Skadron 49.

Dalam waktu singkat si pembual dari Arizona dan orang yang dicurigai sebagai mata - mata Jerman dari Massachusetts menjadi buah pembicaraan orang Amerika. Frank Luke sudah menjatuhkan sekitar delapan balon musuh, sementara Joe Wehner mencatat dua balon musuh dan empat pesawat musuh dalam rangka membantu dan melindunginya. Semua itu mereka lakukan hanya dalam waktu lima hari.

Pada tanggal 18 September, kedua orang ini kembali membakar dua balon Jerman di dekat Labeuville. Sehingga mereka pun dikepung sejumlah Fokker. Formasi utama mengarahkan sasarannya kepada Wehner sementara formasi lain mengarahkan sasarannya dari belakang Luke
"LUKE BERBALIK KE ARAH MEREKA DAN MEMUNTAHKAN PELURU KE ARAH PIMPINAN FORMASI. MEREKA PUN BERHADAPAN SAMPAI HANYA TINGGAL BEBERAPA YARD.... LUKE MENYAKSIKAN ... PESAWAT ITU MENUKIK."
Luke berbalik ke arah mereka dan memuntahkan peluru ke arah pimpinan formasi. Mereka pun berhadapan sampai hanya tinggal beberapa yard. Pesawat Jerman tampak ke satu sisi, menukik tajam dan jatuh. Luke melakukan serangannya yang kedua, menembak dan menyaksikan bagaimana pesawat itu menukik.

Karena tidak mampu menjumpai Wehner, Luke kembali ke garis Sekutu dan terbang ke arah timur. Di garis perbatasan, Luke menyaksikan sebuah pesawat LVG yang sedang dikejar oleh Sous-Lieutenant Pierre Gaudermen dan Adjutant Reginald Sinclair dari Escadrille Spa.68. Berusaha untuk bergabung dan melakukan pengejaran, dia membantu menghancurkan LVG di sebelah tenggara Verdun. Tewasnya Letnan Ernst Hoehne dan Erst Schulz dari Flieger Abteilung 36, membuat angka Sinclair dan Gaudermen menjadi tiga dan Luke menjadi 13. Ini merupakan kemenangan penyerangan Luke yang kelima dalam waktu kurang dari setengah jam.

Sementara Wehner dengan pesawat Spad 13 No.S7555 berhasil ditembak jatuh. Kemungkinan oleh Letnan Georg von Hantelmann dari Jasta 15. Ditembus tiga peluru, dia menghembuskan napas terakhirnya di sebuah rumah sakit darurat Jerman.

Lahir pada tanggal 20 September 1895 di Boston, Joe Wehner putra Frank W. Wehner, tukang sepatu imigran Jerman dan Johanna Wehner. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Akademi Axeter, dia kembali ke Jerman dan bekerja di YMCA dengan tugas mengirimkan paket untuk para wartawan perang Inggris. Dia bekerja sampai Amerika menyatakan perang kepada Jerman. Dia segera mengundurkan diri dari pekerjaannya dan kembali ke New York City. Di sana dia mendaftarkan diri kepada USAS dan mulai mengikuti latihan di Scott Field di Belleville, Illinois. Wehner sering dicurigai dan sering mengalami pemeriksaan ketika ada seorang Jerman yang menjadi agen musuh.

Mabuk - mabukan
Nama Luke mencapai puncaknya. Dia memperoleh nama besar, begitu pula skadronnya. Dalam waktu kurang dari seminggu, dari anggota First Pursuit Group yang tidak ada artinya, Luke sudah mengubah dirinya menjadi salah satu ace top.

Walau demikian, kebanggaannya itu masih dibayangi oleh kesedihannya akan kematian sahabatnya, Wehner. Suatu ketika dia pernah mengonfrontir Hartney dengan pertanyaan putus asa, "Wehner kan tidak akan pernah kembali, Mayor?"

Selanjutnya, Mayor Hartney menghadiahkan Luke cuti di Orly, dekat Paris, selama tujuh hari. Dua hari sebelum masa cutinya berakhir, tahu - tahu nama Luke muncul di buku laporan pertempuran sebagai pemenang atas sebuah Fokker D.VII.

Mengaku tidak ada yang dilakukannya di Paris, Luke mengajukan diri pada Letnan Dua Ivan A. Roberts menjadi pengganti Wehner sebagai wingman Roberts. Pada pukul 17.18 tanggal 26 September, mereka bersiap ke barisan balon. Tapi mereka tidak pernah berhasil tiba di tujuan.

Lima Fokker menghadang mereka di sekitar Sivry dan Consenvoye. Tanpa terarah, Luke menembak salah satu pesawat musuh hingga pilotnya mendarat terpaksa tanpa cedera. Dua Fokker lain mengejar Luke, tapi dia berhasil menyingkirkan mereka, walau dia sempat dihujani tembakan beberapa kali.

Robert tidak seberuntung Luke. Dipaksa mendarat oleh Spad S7519 oleh Letnan Franz Buechner dari Jasta 13, dia kemudian berhasil meloloskan diri, tapi dia kembali dengan sakit demam dan tewas dekat Wesselbonne pada tanggal 14 Oktober.
"SEKEMBALINYA DARI PERTEMPURAN HARI ITU, TANPA BERATA KEPADA SIAPA PUN, LUKE MENYINGKIR TINGGAL DI SEBUAH KOTA TERDEKAT DENGAN MARKASNYA DAN TIDAK KEMBALI .... DIA DIOMELI KAPTEN ... DIA BERMABUKAN."
Sekembalinya dari pertempuran hari itu, tanpa berkata ke siapapun, Luke menyingkir tinggal di sebuah kota terdekat dengan markasnya dan tidak kembali sampai keesokan harinya. Ketika kembali, dia diomeli Kapten Grant. Karena tak lama dia bermabukkan, korps mengontak Skadron 27 untuk melenyapkan sebuah balon Jerman. Tak bisa menemukan lokasi Luke, Grant mendelegasikan tugas itu kepada Jerry Vasconcells yang menghancurkan kantong gas itu sebagai kemenangannya yang ketiga.

Lukisan Frank Luke karya Merv Corning
TAK PEDULI - Tanpa peduli tembakan meriam antipesawat, Luke mengitari mangsanya. Lukisan ini karya Merv Corning
Dituntut sekaligus dipromosikan
Siang hari tanggal 28 September, sementara Hartney dan Grant mendiskusikan kemungkinan Luke beroperasi sendiri di luar landasan Verdun, Luke terbang di luar skedul rencana terbang. Di jalur ketinggian 500 kaki, Luke membakar sebuah "layangan" di Bantheville. Dia kemudian mendarat di dekat sebuah markas pasukan balon Perancis dan bermalam di sana dengan awak dan kawan - kawan dari GC.12.

Pagi berikutnya, ketika kembali ke skadronnya, Luke diminta untuk menghadap Kapten Grant di kantornya.

"Anda berada di mana semalam, Luke?"

"Cigognes," jawab Luke sambil meletakkan laporan pertempurannya yang terakhir di meja Grant. "Di Banthevillesaya berhasil menghabisi sebuah balon."
"EH, SAUDARA MEMANG SEORANG PENERBANG YANG BAIK, BAIK SEKALI TAPI SEKALIGUS ORANG YANG PALING BERENGSEK. MENGERTI! UNTUK SEMENTARA SAUDARA TIDAK TERBANG SAMPAI KEPUTUSAN BERIKUTNYA."
"Eh, saudara memang seorang penerbang yang baik, baik sekali tapi sekaligus orang yang paling berengsek. Mengerti! Untuk sementara saudara tidak bisa terbang sampai keputusan berikutnya. Saudara mengerti!" Begitu keputusan Grant.

Namun, tak lama setelah Luke meninggalkan kantornya, Grant mendengar dari seorang mekanik kalau Luke sudah kembali terbang untuk mengisi bahan bakar di pangkalan, dekat Verdun. Grant langsung mengontak Vasconcells dan memerintahkannya untuk menahan Luke di sana.

"Apa yang akan anda perbuat terhadapnya?" tanya si ajudan.

"Saya akan merekomendasikan dia untuk memperoleh Distinguished Service Cross. Setelah itu, demi Tuhan, saya akan mengajukannya ke pengadilan perang!"

Grant kemudian menuju markas Hartney.

"Mayor, Luke lupa daratan lagi! Saya tak bisa menindak dia tanpa rekomendasi Anda. Dia kira cuma dia satu - satunya di Dinas Udara ini. Banyak yang bilang kalau dia tidak lagi berminat bergabung dengan skadron untuk melakukan patroli. Katanya dia melakukan penembakan balon sendirian dan bilang Anda sudah menyetujuinya, Bagaimana itu?"

Luke memang tidak pernah minta izin Hartney, tapi komandan kelompok ini mencoba sekali lagi mengompromikan jiwa liar bintangnya yang berbakat ini dengan kewibawaan komandan pimpinan skadronnya.

"Memang Luke akan pergi ke Verdun untuk melakukan penyerangan balon, tapi saya sudah beritahu dengan perintah keras bahwa pesawatnya tidak boleh diterbangkan sampai pukul 5.56 sore." Setengah jam sebelum Luke dijadwalkan terbang, tapi mengalami kesulitan dengan mesinnya. Sementara sedang mengotak-atik, dia lihat Luke yang berada 30 kaki di belakangnya siap melarikan Hispano-siuiza-nya 16 menit lebih awal dari waktu yang ditentukan.

Dari Kokpit Hartney menepak lengan Vaasconcell. "Lihat! Cepat kau cegah dia dan suruh keluar dari pesawat. Katakan padanya, kalau dia tidak menuruti perintah ini, saya akan menghentikan penerbangannya."

Luke mematikan mesinnya dan tertawa melihat kerusakan mesin Hartney. Mayor itu mengacungkan tinjunya pada Luke dan terbang ke Group Headquarters. Itulah pertemuan terakhir pria yang toleran itu, yang walau bertentangan dengan logika dan hukum disiplin militer manapun, telah memberikan kesempatan untuk merubah diri si pembual dari tidak ada artinya sampai menjadi benar - benar pahlawan.

Hilang
Begitu mengudara, Luke terbang rendah di angkasa markas besar balon Amerika di Souilly dan menjatuhkan sebuah balon tabung berisi pesan, "Ada tiga balon musuh di atas Meuset, Luke." 

Banyak spekulasi apa yang terjadi setelah itu. Tapi pernyataan tertulis penduduk dari Kota Murvaux, mungkin yang dianggap paling bisa diterima.

Di bawah tandatangan penduduk Murvaux, Departemen Meuse menyatakan bahwa pada 29 September 1918 menjelang sore, melihat sebuah pesawat Amerika diikuti oleh sebuah escadrille Jerman ke arah Liny. Pesawat itu tiba - tiba menukik secara tegak lurus dan begitu mendekat daratan, dia terbang ke arah Briere.

Di sana dia bertemu dengan sebuah balon Jerman dan menghabisinya. Kemudian  dia terbang ke arah Milly dan berjumpa lagi dengan sebuah balon lain yang juga berhasil dihabisinya, sampai apinya hampir saja menyambar pesawatnya. Di sana tampak jelas penerbangnya terluka karena tembakan sebuah meriam. Dari sana dia kembali lewat Murvaux dan berhasil membunuh enam tentara Jerman, sementara dia sendiri lukanya semakin banyak.

"Setelah itu dia mendarat dan keluar dari pesawatnya, minum air di sebuah sungai. Dia , sekitar 50 yard ketika tiba - tiba melihat tentara Jerman datang menghadangnya. Dia masih sempat melakukan penyerangan dengan pistolnya. Tak lama kemudian dia terjatuh tewas akibat luka serius di dadanya. Tentara Jerman itu sempat menyita semua miliknya, sebelum mereka menguburnya begitu saja.

Ketika tentara Jerman itu sudah pergi, mereka yang menandatangani pernyataan itu mengaku mengangkut tubuh penerbang itu ke dalam sebuah gerobak dan membawanya ke tempat pemakaman yang lebih layak. Pernyataan itu dibuat tanggal 15 Januari 1919.

Selanjutnya, tubuh Luke kembali digali oleh Army Graves Registration Branch, dan berhasil mengidentifikasinya. Prancis melaporkan menyaksikan Luke menghabisi tiga balon dan dua Fokker. Namun hanya balon - balon yang disaksikan oleh pasukan balon Amerika-lah yang diakui. Sehingga seluruhnya, Luke mencatat 18 kemenangan.

Dalam tekadnya, seandainya Luke masih hidup, Captain Grant tetap akan mengajukannya ke pengadilan. Namun, Luke tidak pernah diadili, tapi toh dia tetap memperoleh Bintang Kehormatan. Dia juga dianugerahi Distinguished Service Cross dengan Oak Leaf Closter, Groce di Guerra, Italia, Aero Club Medal untuk keberanian serta bintang Rockwell's Margarita Fisher Hold Medal, sebagai lulusan pertama Rockwell Field yang memperoleh angka kemenangan di udara.

Pada tanggal 9 November 1918, 41 hari setelah kematiannya, surat pengangkatan Luke sebagai letnan satu yang terlambat baru tiba di kantor pusat Mayor Hartney.

dikutip dari Xenia Moeis - Buku Kisah Hebat di Udara 3

  • Share:

You Might Also Like

0 comments