Terbakarnya Air France Penerbangan 4590, Akhir Riwayat Pesawat Concorde
By VianSofyansyah - July 27, 2019
Tak ada yang salah dengan pesawat Concorde Air France 4590. Semua prosedur telah dijalankan. Sebelum take off, pesawat telah diperiksa kelayakannya. Harusnya, pesawat ini dapat tiba dengan selamat di New York, Amerika Serikat. Namun nasib berkata lain.
Tanggal 25 Juli 2000, pesawat Concorde milik armada Air France (AF) terbakar dan jatuh beberapa saat setelah lepas landas dari bandara Charles de Gaulle Airport, Paris, Perancis. Sebelumnya terlihat mesin nomor 2 pada AF 4590 terbakar. Menara pengawas baru memberitahukan kepada pilot tentang adanya api yang besar keluar dari mesin pesawat setelah 56 detik mengudara. Tetapi pilot sudah tidak bisa berbuat apa-apa, mengingat saat lepas landas, semua mesin sedang bekerja dalam keadaan maksimal.
Pilot berencana untuk kembali lagi ke bandara setelah mencapai ketinggian tertentu. Namun terlambat, pesawat komersial kelas supersonik tersebut sudah tidak dapat bertahan ditelan oleh besarnya kobaran api. Concorde Air France AF 4590 jatuh pada sebuah rumah makan dekat pompa bensin, sekitar 2700 meter dari bandara. Semua penumpang yang berjumlah 100 orang dan 9 awak pesawat tewas. Peristiwa ini juga menewaskan 4 orang penduduk yang tertimpa pesawat nahas itu.
Hasil penyelidikan dari pihak Perancis dan NTSB menemukan bahwa sebelum Concorde AF 4590 mengudara, di landasan pacu terdapat sepotong besi sepanjang 30 cm (sebesar penggaris). Besi itu terjatuh dari mesin pesawat Continental Airlines McDonell Douglas DC-10-30 yang sebelumnya take off dari landasan yang sama.
Saat lepas landas, pesawat terbang selalu menitikberatkan hampir seluruh bebannya pada ban belakang pesawat. Untuk pesawat supersonik, secara teknis titik berat yang tertumpu pada ban belakang melebihi pesawat biasa. Hal ini disebabkan karena adanya daya dorong yang lebih besar, apalagi ditambah saat ban depan dan hidung pesawat sudah naik di atas tanah.
Di saat akan lepas landas inilah, ban kiri belakang AF 4590 pecah dan robek oleh potongan besi tersebut. Ban lalu meledak menyebabkan serpihan-serpihan karet ban beterbangan dengan kecepatan tinggi, tak tentu arah. Walau ban pesawat itu terbuat dari karet, namun karet ban pesawat sangat tebal dan kuat. Ditambah dengan kecepatan yang tinggi saat lepas landas, serpihan-serpihan tersebut telah membuat benturan-benturan dan hentakan-hentakan yang sangat kuat pada sayap pesawat yang kemudian membocorkan tangki bahan bakar yang masih penuh. Serpihan juga mengenai kabel-kabel pada sayap dan mengakibatkan percikan listrik. Api pun tercipta dan membakar bahan bakar pesawat yang tercecer dari tangki pesawat.
Berikut percakapan terakhir dari dalam kokpit yang sempat terekam:
Co-pilot: "Le Bourget, Le Bourget."
Pilot: "Too late (unclear)."
Control tower: "Fire service leader, correction, the Concorde is returning to runway zero nine in the opposite direction."
Pilot: "No time, no (unclear)."
Co-pilot: "Negative, we're trying Le Bourget" (four switching sounds).
Co-pilot: "No (unclear)."
Control tower: "De Gaulle tower from fire service leader, can you give me the situation of the Concorde?"
Cockpit Area Microphone (CAM): (Sound of effort)
End of recording
Beberapa jam setelah kecelakaan, para penyidik mengkonfirmasikan tentang lepasnya potongan besi pada bagian luar mesin pesawat Continental Airlines setelah pesawat itu mendarat. Terbukti bahwa potongan lis pada mesin pesawat itu sudah tidak ada. Sepotong besi telah melenyapkan 113 nyawa manusia.
Dikutip dari buku Plane Crash oleh Satria Wibisana