28 April 1988
Satu lagi drama penerbangan terjadi akibat lepasnya bagian dari pesawat di udara. Aloha Airlines Penerbangan 243 dengan pesawat jenis Boeing 737 N73711 pada 28 April 1988 lepas landas dari Honolulu menuju ke Maui dengan tujuan akhir Hilo.
Pada awalnya, pesawat terbang seperti biasa. Menjelang tiba di Maui, sepertiga atap di bagian belakang kokpit pesawat terlepas. Para awak dan penumpang pesawat menjadi panik. Salah seorang pramugari tersedot keluar pesawat dan tidak ditemukan mayatnya hingga saat ini. Di perkirakan tubuh wanita malang itu jatuh di lautan Pasifik dekat Hawaii.
Meski kehilangan sepertiga atapnya, pesawat masih dapat mengudara selama 15 menit setelah menukik turun dari ketinggian 24.000 kaki dengan kecepatan sekitar 600 km per jam karena hilangnya dekompresi di kabin pesawat. Pada saat kejadian berlangsung, para penumpang yang duduk di bagian depan (Kelas I) tidak mendapatkan tabung oksigen karena selang oksigen di bagian atas telah hilang.
Drama mencekam terjadi saat pesawat berusaha mendarat di bandara Kahului, Maui, Kepulauan Hawaii. Selama berusaha mendarat, pilot dan co-pilot menggunakan masker oksigen. Situasi di dalam kabin dan kokpit dalam keadaan rebut akibat suara angin dan mesin pesawat yang kencang. Hal ini mengakibatkan komunikasi pilot dengan menara pengawas terganggu. Beberapa menit sebelum mendarat, co-pilot menggeser tuas pengeluaran roda pesawat, namun lampu indikator tidak menyala. Ini menunjukkan roda bagian depan pesawat tidak keluar. Pilot berusaha menghubungi menara pengawas untuk yang kesekian kali guna menginformasikan keadaan ini.
Pilot lalu meminta persiapan keadaan bahaya pada menara pengawas dan menara pengawas meneruskan informasi ini kepada pihak pemadam kebakaran dan ambulans. Komunikasi antara awak pesawat dengan menara pengawas sempat terganggu untuk beberapa saat. Kemudian pilot meminta kru di darat untuk melihat apakah roda depan pesawat keluar atau tidak. Para petugas pemadam kebakaran dengan bantuan teropong mencoba untuk melihat roda depan pesawat pada detik-detik terakhir sebelum mendarat. Untunglah terlihat bahwa roda depan sudah keluar. Ini berarti hanya lampu indikator roda depan saja yang tidak menyala.
Co-pilot pesawat, yang adalah seorang wanita, dan kapten pesawat berhasil membawa pesawat mendarat walau dalam kecepatan tinggi yang mengakibatkan roda pesawat pecah.
Beberapa hari kemudian tim penyidik mewawancarai semua penumpang untuk mengumpulkan informasi. Sebelum pesawat tinggal landas, salah satu penumpang melihat dan mengetahui adanya retakan kecil sekitar 15 cm yang berada dekat dengan pintu depan pesawat. Jaraknya sekitar satu setengah meter ke belakang dari pintu kiri depan pesawat. Penumpang tersebut melihat dengan jelas ketika dia sedang menaiki tangga untuk masuk ke pesawat. Namun dia tidak memberitahukan masalah ini kepada siapa pun.
Dikutip dari buku Plane Crash oleh Satria Wibisana