Indonesia Website Awards

Duka Lion Air dan Ethiopian Airlines

By VianSofyansyah - April 08, 2019

Halo semuanya, beberapa waktu terakhir dunia penerbangan sedang digemparkan oleh dua kecelakaan beruntun Lion Air JT610 dan Ethiopian Airlines ET302 yang masing-masing memakan korban sebanyak 189 jiwa dan 157 jiwa. Kecelakaan ini begitu menyita perhatian karena disamping jumlah korban yang tidak sedikit, kecelakaan tersebut dialami oleh tipe pesawat yang sama dan dengan skenario yang hampir sama pula.

Kecelakaan pertama dialami oleh Low Cost Carrier asal Indonesia Lion Air pada 29 Oktober 2018. Penerbangan dengan kode JT610 ini lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno Hatta (CGK) Jakarta dan dijadwalkan mendarat di  Bandara Depati Amir (PGK) Pangkal Pinang. Namun, pesawat bertipe Boeing 737 MAX 8 ini kemudian jatuh di perairan Tanjung Karawang setelah 13 menit lepas landas, kecelakaan tersebut memakan korban jiwa sebanyak 189 orang.

Kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan terbesar pertama yang menimpa Boeing 737 MAX yang baru saja diperkenalkan tahun 2017 lalu, dan juga yang terburuk dalam sejarah Boeing 737 series melewati Air India Express 812 yang terjadi pada tahun 2010. Kecelakaan tersebut juga menjadi yang terburuk dalam sejarah 18 tahun berdirinya Lion Air melewati kecelakaan di Surakarta, dan kecelakaan terburuk kedua di Indonesia setelah Garuda Indonesia Flight 152.
Image result for jt610
Lokasi Jatuhnya Lion Air JT610 (Flightradar24)
Kecelakaan kedua dialami oleh Flag Carrier milik Ethiopia Ethiopian Airlines yang terjadi hanya 5 bulan setelah insiden yang menimpa Lion Air tepatnya pada 10 Maret 2019. Penerbangan berkode ET302 tersebut dijadwalkan lepas landas dari Bandara Internasional Addis Ababa Bole (ADD) Addis Ababa menuju Bandara Internasional Jomo Kenyatta (NBO) Nairobi. Namun pesawat yang bertipe serupa dengan kecelakaan Lion Air JT610 tersebut jatuh di dekat kota Bishoftu hanya 6 menit setelak lepas landas dan menewaskat 157 penumpang.

ET302 merupakan kecelakaan paling mematikan Ethiopian Airlines, melewati pembajakan fatal ET961 yang menyebabkan pesawat jatuh di dekat Komoro 1996. Dan juga merupakan kecelakaan terburuk di Ethiopia melewati kecelakaan Antonov An-26 milik Angkatan Udara negara tertua di dunia tersebut.
Related image
Lokasi jatuhnya Ethiopian Airlines ET302 (Flightradar24)
Biang keladi dua kecelakaan memilukan tersebut adalah fitur Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang merupakan fitur terbaru dari Boeing 737 MAX series.

Fitur ini sejatinya merupakan terobosan Boeing untuk mencegah terjadinya stall terhadap pesawat dengan memberikan reaksi berupa pitch up/down jika sensor sistem tersebut mendeteksi angle of attack yang terlalu tinggi/rendah sehingga menjauhkan pesawat dari resiko stall. Alih-alih memberikan jaminan keselamatan terhadap penerbangan, fitur tersebut malah menjadi sumber masalah dari hilangnya ratusan nyawa manusia.
Image result for mcas
Fitur MCAS pada Boeing 737 MAX
Stall sendiri adalah peristiwa hilangnya kemampuan pesawat untuk memproduksi lift sehingga menyebabkan pesawat dapat jatuh bebas layaknya batu yang dilepas dari ketinggian. Hal ini dapat terjadi ketika angle of attack dari pesawat terlalu besar/rendah sehingga airflow tidak dapat mengalir melewati permukaan sayap pesawat secara aerodinamis sehingga timbul turbulensi di permukaan sayap pesawat. Padahal airflow yang lancar merupakan syarat wajib agar lift dapat diproduksi.

Pada kasus kecelakaan yang dialami oleh Lion Air dan Ethiopian Airlines tersebut, sensor MCAS yang berfungsi untuk mendeteksi angle of attack mengalami malfungsi, sehingga menyebabkan sistem memberikan reaksi pitch up/down yang tidak diperlukan. Hal ini membuat pilot dan co-pilot beradu kekuatan dengan MCAS untuk membuat pesawat tetap dalam kondisi level. Namun rupanya MCAS jauh lebih kuat sehingga pilot dan co-pilot sudah tidak dapat melakukan apa-apa lagi. Kemudian jatuhlah pesawat tersebut layakya batu yang dilepas dari ketinggian.

Sampai saat ini otoritas penerbangan dari berbagai negara telah memerintahkan seluruh maskapai yang beroperasi di negaranya untuk meng-grounded pesawat jenis Boeing 737 MAX sampai dengan waktu yang belum ditentukan sebagai langkah untuk menghindari kecelakaan serupa.

Berita terakhir mengabarkan bahwa pada 5 April 2019 manajemen Boeing melalui Dennis Muilenburg selaku CEO dari raksasa asal Amerika itu meminta maaf secara terbuka atas dua kecelakaan yang melibatkan salah satu pesawat terlarisnya, Boeing 737 MAX.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments